TIM PENGABDIAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SUKSES MELAKSANAKAN PENYULUHAN SECARA HYBRID

Pada hari Sabtu, 16 Juli 2022, Tim Pengabdian Masyarakat Hibah Grup Riset (PKM HGR UNS) mengadakan webinar secara hybrid (gabungan online dan offline) dengan topik “Program Ingin Anak dengan Low Cost TRB” dengan narasumber Dr. dr. Uki Retno Budihastuti, Sp.OG (K)-Fer dan “Sistem Rujukan ke RS untuk Ingin Anak” yang diisi oleh dr Agung Sari Wijayanti, Sp.OG. Acara ini berlangsung di Klinik Barokah Klaten Utara, dan juga dapat diikuti secara online melalui zoom meeting. Teknologi reproduksi berbantu dengan biaya terjangkau bertujuan untuk pasangan yang ingin memiliki anak mampu memahami tentang prosedur tersebut. Sebanyak 27 peserta non-medis dan 12 tenaga medis menghadiri acara webinar ini secara offline dan lebih dari 150 peserta menghadiri secara online. Acara berlangsung dari jam 08.00-10.00 berjalan tepat waktu dan lancar. 

Acara dimulai dengan pemaparan materi pertama oleh Dr. dr. Uki Retno Budihastuti, Sp.OG (K)-Fer dengan 3 bahasan utama yaitu infertilitas, penanganan infertilitas, dan persiapan program ingin anak. Infertilitas primer merupakan kondisi belum memiliki anak setelah menikah 1 tahun dan melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa proteksi. Infertilitas akan menimbulkan masalah dari medis, ekonomi, social, dan psikologis. Langkah awal penangan infertilitas dimulai dengan konseling untuk menentukan strategi pemeriksaan dan perawatan. Faktor infertilitas dapat terdiri dari faktor pria, gangguan ovulasi, endometriosis, faktor tuba, dan idiopatik. Faktor lain yang dapat menpengaruhi kesuburan termasuk usia, gaya hidup, dan kondisi Kesehatan. Pemeriksaan yang direkomendasikan untuk infertilitas adalah analisa sperma, pemeriksaan saluran tuba/histerosalpingografi (HSG), dan deteksi ovulasi. 

Metode penanganan program ingin anak terdiri dari induksi ovulasi, inseminasi buatan, dan program bayi tabung/in vitro fertilization (IVF). Induksi ovulasi merupakan metode stimulasi ovarium untuk menghasilkan lebih dari sel telur matang. Inseminasi buatan merupakan upaya memasukkan sperma suami yang telah dilakukan proses pemilihan sperma ke dalam rahim istri yang sudah diperkirakan ovulasinya. Metode ini memiliki syarat tuba paten, jumlah sperma 5 juta/ejakulasi, dan tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan inseminasi buatan. Program bayi tabung merupakan cara pembuahan dimana sel telur dipertemukan dengan sperma di luar tubuh wanita, kemudian embrio yang tumbuh dimasukkan ke dalam rahim istri. Bayi tabung dilakukan apabila prosedur yang lebih sederhana tidak dapat dilakukan, seperti metode senggama terencana, atau metode inseminasi buatan. Metode ini memerlukan persiapan pemeriksaan seperti AMH, FSH, dan LH. Pemeriksaan pencitraan untuk infertilitas pada wanita terdiri dari pemeriksaan USG, sonohysterography, hysterosalpingography, histeroskopi, dan laparoskopi. Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) direkomendasikan dilakukan bersama-sama dengan program pasangan TRB yang lain untuk mengurangi pembiayaan.

Acara kedua dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua oleh dr Agung Sari Wijayanti, Sp.OG dengan topik sistem rujukan RS untuk ingin anak. Beliau kembali memaparkan bahwa infertilitas terdiri dari faktor pria dan faktor wanita. Faktor wanita terdiri dari gangguan ovulasi, gangguan tuba dan pelvis, gangguan uterus, dan lainnya (lendir serviks, kongenital, jaringan parut pasca operasi). Faktor pria termasuk kelainan organ urogenital, infeksi, kelainan endokrin/hormonal, dan lainnya (disfungsi ereksi, ejakulasi dini). Pelayanan infertilitas dapat dimulai dari tingkat primer (faskes primer) untuk menentukan penyebab infertilitas dan apakah memerlukan pelayanan di tingkat lebih tinggi. Selanjutnya di tingkat sekunder (RS rujukan tipe C-B) untuk kondisi pasien tertentu yang tidak dapat ditangani pada tingkat primer. Terakhir, pada tingkat tersier (RS Rujukan dengan klinik infertilitas) dapat memfasilitasi program keahlian khusus seperti TRB. Tenaga medis di fasilitas primer dapat menentukan kapan pasangan harus dirujuk ke tingkat yang lebih tinggi dengan instrument skoring rujukan infertilitas. Hasil skor risiko rendah <8 dan sedang (9-12) dapat ditangani di tingkat sekunder, sedangkan risiko tinggi >12 sebaiknya dirujuk ke tingkat tersier. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan sesi diskusi dengan pertanyaan yang ditujukan untuk narasumber. Diskusi berlangsung menarik dengan pertanyaan yang diajukan oleh partisipan baik yang hadir secara offline maupun online. Tidak lupa dari evaluasi pretest dan post-test didapatkan peningkatan nilai yang signifikan. Acara berakhir pada jam 10.00.

Tinggalkan komentar